Pernahkah Anda menonton sebuah drama yang begitu menggugah pikiran hingga membuat Anda merenung panjang setelahnya? Itulah yang saya rasakan saat pertama kali menonton “Bidaah“, sebuah drama Malaysia yang baru saja dirilis pada 6 Maret 2025 di platform streaming online
Awal Mula Menonton “Bidaah”
Seperti kebanyakan orang, saya sering mencari tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan baru. Ketika melihat trailer “Bidaah”, saya tertarik dengan tema yang diangkat—konflik agama dan ajaran sesat. Siapa sangka, drama ini akan membawa saya pada perjalanan emosional yang tak terlupakan?
Sinopsis Singkat
Movie “Bidaah” berkisah tentang Baiduri (diperankan oleh Riena Diana), seorang wanita muda Topanbos88 yang dipaksa oleh ibunya, Kalsum (Fazlina Ahmad Daud), untuk bergabung dengan Jihad Ummah, sebuah kelompok agama yang dipimpin oleh Walid Muhammad (Faizal Hussein). Seiring berjalannya waktu, Baiduri mulai meragukan ajaran kelompok tersebut, terutama setelah praktik-praktik seperti pernikahan paksa dan kepatuhan buta mulai terasa janggal. Bersama Hambali (Fattah Amin), anak Walid yang baru kembali dari Yaman, mereka berusaha mengungkap kebenaran di balik kelompok tersebut.
Pemeran Utama dan Karakter
“Berikut pemeran Populer pada Drama Bidaah“:
Faizal Hussein sebagai Walid Muhammad: Memerankan pemimpin Jihad Ummah yang karismatik namun kontroversial.
Fattah Amin sebagai Hambali: Anak Walid yang mulai meragukan ajaran ayahnya.
Riena Diana sebagai Baiduri: Wanita muda yang terperangkap dalam ajaran sesat dan berusaha mencari kebenaran.
Selain mereka, drama ini juga dibintangi oleh Vanidah Imran, Marisa Yasmin, Hasnul Rahmat, dan Fazlina Ahmad Daud, yang masing-masing memberikan warna tersendiri pada cerita.
Kontroversi yang Muncul
Seperti halnya karya seni lainnya, “Bidaah” tidak luput dari kontroversi. Salah satu adegan yang menuai perhatian adalah interaksi antara karakter Walid dan pengikutnya, yang dianggap sebagian penonton melampaui batas. Menanggapi hal ini, JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia) memberikan teguran kepada pihak produksi. Produser Erma Fatima menyatakan kesediaannya untuk memotong adegan yang dianggap tidak sesuai demi menjaga sensitivitas masyarakat.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Menonton “Bidaah” membuat saya merenung tentang betapa pentingnya pemahaman agama yang mendalam dan kritis. Drama ini mengingatkan kita untuk tidak menerima segala sesuatu begitu saja tanpa pertanyaan, terutama yang berkaitan dengan keyakinan dan praktik keagamaan. Selain itu, pentingnya keluarga dalam membentuk pandangan hidup juga menjadi salah satu pesan yang saya tangkap dari cerita ini.
Tips Menonton “Bidaah”
Siapkan Mental: Beberapa adegan mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman atau terkejut.
Tonton dengan Pikiran Terbuka: Cobalah melihat dari berbagai sudut pandang untuk memahami pesan yang ingin disampaikan.
Diskusikan dengan Teman: Setelah menonton, berbicara dengan orang lain dapat membantu memperdalam pemahaman Anda tentang cerita.
Menyelami Kontroversi dan Pesan Mendalam di Balik Layar
Drama Malaysia berjudul “Bidaah” telah mencuri perhatian banyak penonton sejak penayangannya pada 6 Maret 2025 di platform streaming Viu. Dengan total 15 episode berdurasi 30 menit, drama ini mengangkat tema ajaran sesat dan konflik agama yang kompleks.
Menggali Lebih Dalam: Apa Itu “Bidaah”?
“Bidaah” atau “Broken Heaven” berkisah tentang Baiduri (Riena Diana), seorang wanita muda yang terlibat dalam Jihad Ummah, sebuah sekte keagamaan yang dipimpin oleh Walid Muhammad (Faizal Hussein). Seiring berjalannya cerita, Baiduri menyadari praktik-praktik mencurigakan dalam sekte tersebut dan berusaha mengungkap kebenaran bersama Hambali (Fattah Amin), putra Walid yang kembali dari Yaman.
Pemeran Utama dan Karakter
Faizal Hussein sebagai Walid Muhammad: Memerankan pemimpin Jihad Ummah yang karismatik namun kontroversial.
Fattah Amin sebagai Hambali: Anak Walid yang mulai meragukan ajaran ayahnya dan berusaha mencari kebenaran.
Riena Diana sebagai Baiduri: Wanita muda yang terperangkap dalam ajaran sesat dan berusaha menyelamatkan ibunya.
Selain mereka, drama ini juga dibintangi oleh Vanidah Imran, Marissa Yasmin, Hasnul Rahmat, Fazlina Ahmad Daud, dan Fathia Latiff, yang masing-masing memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan cerita.
Kontroversi yang Mewarnai “Bidaah”
Seperti halnya karya seni lainnya, “Bidaah” tidak luput dari kontroversi. Salah satu adegan yang menuai perhatian adalah interaksi antara karakter Walid dan pengikutnya, yang dianggap sebagian penonton melampaui batas. Menanggapi hal ini, JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia) memberikan teguran kepada pihak produksi. Produser Erma Fatima menyatakan kesediaannya untuk memotong adegan yang dianggap tidak sesuai demi menjaga sensitivitas masyarakat.
Pesan yang Terkandung dalam “Bidaah”
Drama ini mengajak penonton untuk merenung tentang pentingnya pemahaman agama yang mendalam dan kritis. Ia mengingatkan kita untuk tidak menerima segala sesuatu begitu saja tanpa pertanyaan, terutama yang berkaitan dengan keyakinan dan praktik keagamaan. Selain itu, pentingnya keluarga dalam membentuk pandangan hidup juga menjadi salah satu pesan yang dapat diambil dari cerita ini.
Kontroversi dan Tanggapan Masyarakat terhadap Drama “Bidaah”
Drama “Bidaah” telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Malaysia sejak penayangannya pada 6 Maret 2025 di platform streaming Viu. Cerita yang mengangkat tema ajaran sesat dan konflik agama ini tidak hanya menarik perhatian penonton, tetapi juga menuai berbagai kontroversi.
Adegan Kontroversial yang Memicu Perdebatan
Salah satu adegan yang paling banyak dibicarakan adalah ketika karakter Ummi Rabiatul (diperankan oleh Vanidah Imran) mengusap janggut Walid (Faizal Hussein) dengan kakinya. Adegan ini memicu perdebatan di media sosial, dengan banyak pihak menganggapnya tidak pantas dan melanggar norma kesopanan.
Tanggapan dari Pihak Berwenang dan Masyarakat
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) memberikan teguran kepada pihak produksi terkait adegan tersebut. Ketua Pengarah JAKIM, Datuk Dr. Sirajuddin Suhaimee, menekankan bahwa karya seni yang dihasilkan harus selaras dengan prinsip akidah, syariah, dan akhlak Islam. Beliau juga menyatakan bahwa JAKIM siap bekerja sama dengan para seniman untuk menghasilkan konten yang bermanfaat dan sesuai dengan garis panduan agama.
Selain itu, Ketua Pegawai Eksekutif Perbadanan Kemajuan Filem Nasional Malaysia (FINAS), Datuk Azmir Saifuddin Mutalib, menyarankan agar penerbit drama berunsur keagamaan berkonsultasi dengan pihak berwenang seperti pejabat mufti atau jabatan agama sebelum memproduksi karya mereka. Hal ini untuk memastikan bahwa konten yang dihasilkan tidak menimbulkan kontroversi dan sesuai dengan nilai-nilai agama.
Pandangan Akademisi dan Tokoh Agama
Dr. Ahmad Sanusi Azmi, Timbalan Dekan di Fakulti Pengajian Quran Sunnah, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), menilai bahwa meskipun drama ini menyampaikan pesan agama, penggunaan unsur kelucahan tidak diperlukan dan bertentangan dengan prinsip Islam. Beliau menekankan bahwa tujuan baik tidak menghalalkan cara yang buruk.
Pendakwah PU Syed juga mengkritik drama ini, menyebutnya sebagai “Bidaah Dholalah” dan menilai bahwa penayangan adegan yang melibatkan unsur sensitif dapat memberikan gambaran negatif terhadap Islam. Ia menyarankan agar sutradara mencari ide cerita yang berkualitas dan sesuai dengan syariat Islam.
Pentingnya Pertimbangan Etika dalam Produksi Drama Religi
Kontroversi yang ditimbulkan oleh “Bidaah” menyoroti pentingnya pertimbangan etika dan sensitivitas budaya dalam produksi drama yang berkaitan dengan tema agama. Penerbit dan sutradara diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara kreativitas seni dan penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan budaya masyarakat.
Rekomendasi untuk Penerbit dan Kreator Konten
Konsultasi dengan Ahli Agama: Sebelum memproduksi drama dengan tema agama, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli agama atau lembaga terkait untuk memastikan konten yang dihasilkan tidak menyinggung perasaan umat beragama.
Pahami Sensitivitas Budaya: Memahami nilai-nilai budaya dan norma masyarakat setempat dapat membantu dalam menciptakan konten yang diterima dengan baik oleh khalayak.
Pertimbangkan Dampak Sosial: Penerbit perlu mempertimbangkan dampak sosial dari konten yang ditampilkan, terutama jika berkaitan dengan isu sensitif atau kontroversial.
Kesimpulan
Drama “Bidaah” memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kehati-hatian dalam memproduksi konten yang berkaitan dengan agama dan budaya. Meskipun bertujuan untuk menyampaikan pesan moral, penggunaan unsur yang kontroversial dapat menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat. Oleh karena itu, kolaborasi antara kreator seni, ahli agama, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan menghormati nilai-nilai yang ada.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Article 370 movie: A Powerful Cinematic Journey disini