Schedule I Pertama kali aku lihat trailer Schedule I di Steam, aku langsung mikir, “Wah, ini game apaan sih? Kok kayak Breaking Bad tapi versi kartun?” Ternyata, game ini adalah simulasi jadi pengedar narkoba di kota fiksi bernama Hyland Point. Kita mulai dari nol, cuma punya van tua dan sedikit modal. Tugas kita? Menanam, memproduksi, dan menjual berbagai jenis narkoba sambil menghindari polisi dan saingan bisnis. Jika kalian penasaran dengan games ini kalian bisa download di sini
Gameplay: Seru Tapi Bikin Deg-degan
Gameplay-nya unik banget. Kita harus menanam ganja, mencampur bahan-bahan aneh buat bikin produk yang laku di pasaran, dan ngatur distribusi barang ke pelanggan. Misalnya, kita bisa campur ganja dengan soda atau Viagra buat efek lucu kayak rambut berubah warna atau bahkan meledak. Selain itu, kita juga bisa beli properti, rekrut karyawan, dan buka bisnis buat nyuci uang haram. Semua ini dilakukan sambil ngatur strategi biar gak ketahuan polisi.
Mode Multiplayer: Kerja Sama atau Bikin Ribet?
Salah satu fitur menarik dari Schedule I adalah mode multiplayer-nya. Kita bisa main bareng teman-teman, bagi tugas, dan bangun kerajaan narkoba bersama. Tapi, kadang kerja sama ini malah bikin ribet. Misalnya, temenku suka banget eksperimen campuran baru, tapi seringnya gagal dan malah bikin stok barang kita habis. Jadi, penting banget buat komunikasi dan bagi tugas dengan jelas biar bisnis jalan lancar.
Visual dan Suara: Kartun Tapi Ngeri
Secara visual, game ini punya gaya kartun yang unik. Karakter-karakternya mirip kayak tokoh-tokoh di Rick and Morty, tapi dengan tema yang jauh lebih gelap. Musiknya juga mendukung suasana, dengan beat yang bikin tegang pas dikejar polisi atau pas transaksi besar. Meskipun tampilannya lucu, tapi tema yang diangkat cukup berat dan bisa bikin mikir dua kali.
Kontroversi: Plagiat atau Inspirasi?
Setelah rilis, Schedule I langsung jadi perbincangan karena dianggap mirip dengan game lain, Drug Dealer Simulator. Beberapa orang bilang ini plagiat, tapi menurutku, meskipun temanya sama, eksekusinya beda. Schedule I lebih fokus ke humor dan manajemen bisnis, sementara Drug Dealer Simulator lebih realistis dan serius. Jadi, tergantung selera masing-masing.
Tips dan Trik: Jadi Raja Kartel Virtual
Buat yang baru mulai main, ada beberapa tips yang bisa aku bagikan:
Mulai dari yang kecil: Fokus dulu ke satu jenis narkoba sebelum expand ke yang lain.
Jangan pelit kasih sampel: Bagi-bagi sampel gratis ke pelanggan baru bisa bantu naikin reputasi.
Upgrade alat produksi: Semakin canggih alat, semakin cepat produksi.
Jaga hubungan dengan karyawan: Karyawan yang puas kerja lebih efisien dan loyal.
Hindari polisi: Selalu perhatikan patroli dan hindari area yang rawan.
Worth It atau Skip Aja?
Menurutku, Schedule I adalah game yang unik dan seru, terutama buat yang suka game simulasi dan manajemen. Meskipun temanya kontroversial, tapi eksekusinya cukup baik dan bisa jadi hiburan yang menyenangkan. Namun, game ini masih dalam tahap early access, jadi masih ada beberapa bug dan fitur yang belum sempurna. Kalau kamu tertarik dengan tema yang diangkat dan bisa menerima kekurangannya, maka game ini layak dicoba
Momen Paling Kacau: Salah Campur Bahan, Pelanggan Tewas?!
Salah satu pengalaman paling kocak sekaligus kacau yang pernah aku alami di game ini adalah saat aku coba bikin produk baru yang katanya “lebih nge-fly dan lebih laku”.
Tapi ya namanya eksperimen, gak selalu berhasil. Aku campurin ganja dengan zat kimia yang belum aku teliti efeknya, cuma karena deskripsinya “meningkatkan euforia.”
Hasilnya? Pelanggan pertama langsung tumbang di depan toko. Panik? Banget!
Efeknya, reputasi bisnis langsung anjlok, pelanggan kabur, polisi makin intens patroli di area aku. Dan parahnya lagi, salah satu karyawan resign gara-gara “gak nyaman kerja di lingkungan toksik” katanya.
Dari situ, aku belajar banget. Jangan pernah buru-buru coba hal baru sebelum tahu konsekuensinya. Kayak bisnis beneran juga sih: eksperimen boleh, tapi data itu penting.
Sistem Ekonomi Dalam Game: Belajar Bisnis dari Hal Ilegal
Jujur, salah satu hal yang bikin aku betah main Schedule I itu sistem ekonominya yang surprisingly kompleks.
Harga jual bisa fluktuatif tergantung permintaan pasar, lokasi distribusi, dan kualitas barang.
Misalnya, waktu aku jual produk premium di area pemukiman mewah, aku bisa dapet untung dua kali lipat. Tapi, konsekuensinya, risiko kepergok polisi juga lebih tinggi.
Jadi, harus pintar ngatur jalur distribusi dan nyari “safe house” yang strategis buat simpan stok.
Tanpa sadar, aku belajar tentang supply chain, manajemen inventory, sampai taktik pemasaran. Lucu ya, belajar bisnis dari game soal narkoba. Tapi ya begitulah, inspirasi bisa datang dari mana aja.
Fitur Favoritku: Sistem Loyalitas Pelanggan dan Karyawan
Yang paling aku suka dari game ini—dan menurutku bikin beda dari game sejenis—adalah sistem loyalitas.
Pelanggan yang sering kita layani dengan produk berkualitas bakal jadi pelanggan tetap. Mereka bahkan bisa bantu promosiin barang ke orang lain. Kayak MLM versi dark gitu, haha.
Terus, karyawan juga punya loyalty meter. Kalau mereka senang kerja, mereka bisa kasih saran bisnis yang bener-bener berguna.
Bahkan, ada satu karakter di timku yang kasih ide buat buka “kedai kopi” sebagai front bisnis. Dan dari situ, aliran uang jadi jauh lebih stabil dan bersih.
Menurutku, ini bagian yang nambah layer strategi yang seru. Jadi bukan cuma klik-klik jualan, tapi ada relasi antar karakter yang bikin kita mikir kayak HR manager.
Tantangan Terbesar: Musuh Bisnis dan Serangan Balik
Kalau kamu pikir polisi doang musuh di game ini, kamu salah besar.
Begitu bisnis kamu mulai naik daun, saingan bakal makin banyak. Ada NPC kartel lain yang suka sabotase usaha kita. Mereka bisa nyebarin rumor buruk, bajak karyawan, atau bahkan kirim preman buat ngacak-ngacak markas.
Pernah suatu kali aku lagi panen besar-besaran, tiba-tiba gudang diserang.
Semua stok rusak, van dicuri, dan aku bangkrut total. Dari situ, aku sadar pentingnya sistem keamanan.
Jadi aku mulai pasang kamera, rekrut bodyguard, dan bikin sistem backup stok di tempat lain.
Ini yang bikin aku makin cinta sama Schedule I. Ada elemen kejutan yang bikin kita gak bisa cuma jalanin rutinitas doang.
Kenapa Banyak Orang Salah Paham tentang Game Ini
Gak bisa dipungkiri, topik narkoba itu sensitif banget. Banyak yang langsung nge-judge game ini “mempromosikan hal negatif.”
Padahal, kalau dilihat lebih dalam, justru game ini bisa jadi bahan refleksi soal gimana dunia bawah tanah itu bekerja.
Dengan gaya satir dan elemen humor, Schedule I nunjukin bahwa bisnis narkoba itu bukan cuma soal jualan dan kaya, tapi juga tentang dampak sosial, tekanan mental, dan konsekuensi moral.
Mungkin karena dibalut gaya visual kartun, orang jadi gak sadar kalau ini sebenarnya kritik sosial juga.
Makanya, menurutku penting banget buat pemain baru datang dengan pikiran terbuka. Jangan cuma nilai dari luarnya aja.
Apakah Game Ini Cocok untuk Semua Orang?
Jawabannya: tentu tidak.
Game ini punya banyak konten yang tidak cocok untuk anak-anak atau mereka yang sensitif terhadap topik kriminalitas, narkoba, dan kekerasan.
Tapi buat kamu yang suka game simulasi, strategi, dan manajemen, serta bisa melihat game ini sebagai media hiburan dan edukasi, maka Schedule I bisa jadi pilihan menarik.
Terlebih lagi kalau kamu suka gaya storytelling yang penuh satir dan kejutan absurd.
Tapi ya, balik lagi ke preferensi masing-masing. Selalu pastikan kamu nyaman dengan temanya sebelum mulai main.
Game Gila dengan Banyak Pelajaran
Kalau ditanya apa pelajaran paling besar dari main Schedule I, aku akan bilang:
“Jangan remehkan simulasi, meski temanya nyeleneh, bisa jadi justru kamu belajar lebih banyak dari yang kamu kira.”
Aku gak nyangka dari game ini aku bisa paham soal manajemen resiko, pentingnya diversifikasi produk, sampai cara ngatur cash flow.
Dan ya, semua itu dibalut dengan cerita absurd dan momen kocak yang bikin ketagihan.
Kalau kamu cari game yang out of the box, penuh strategi, dan bisa bikin kamu ngakak sekaligus mikir, Schedule I layak banget buat dicoba.
Tapi inget, ini cuma game. Jangan bawa ke dunia nyata ya.
Baca Juga Artikel Berikut: Infinity Ops : Pengalaman Seru Bertempur di Masa Depan