Lo pernah nggak sih, ngeliat sesuatu yang bikin lo langsung diam, nggak bisa ngomong apa-apa, cuma bisa bengong? Nah, itu yang gue rasain waktu pertama kali ngelihat burung Kasuari. Waktu itu gue lagi jalan-jalan ke Papua Barat, ikut program edukasi lingkungan animals bareng temen-temen guru. Kita mampir ke sebuah cagar alam kecil di daerah Manokwari, dan di sanalah pertama kali gue bertemu si “dinosaurus zaman now” ini.
Serius deh, Kasuari itu bukan burung biasa. Posturnya tinggi, bisa sampai 1,8 meter, hampir nyamain tinggi badan gue. Tapi yang paling mencolok adalah warna-warni di kepala dan lehernya, yang kayak campuran antara neon biru, ungu, dan merah menyala. Belum lagi tanduk di atas kepalanya yang keras dan melengkung. Bener-bener kayak makhluk prasejarah.
Dan lo tau nggak? Suara langkahnya aja bisa bikin bulu kuduk berdiri. Kakinya kuat banget, lengkap dengan cakar besar yang katanya bisa melukai bahkan membunuh manusia kalau si burung merasa terancam. Untungnya waktu itu dia tenang dan cuma melenggang santai sambil ngeliatin kita kayak, “Manusia? Meh.”
Habitat Kasuari, Surga Tropis yang Terlupakan
Burung Kasuari itu hidup di hutan-hutan tropis yang lebat. Habitat utamanya ada di Papua (Indonesia & Papua Nugini), dan sebagian kecil di Australia bagian utara. Mereka suka tempat yang lembap, penuh pepohonan tinggi, dan jauh dari keramaian manusia Wikipedia .
Nah, ini nih masalahnya: deforestasi alias penebangan hutan secara brutal bikin rumah mereka makin menyempit. Banyak hutan di Papua yang digusur buat kebun kelapa sawit atau tambang. Padahal Kasuari itu nggak bisa terbang, jadi kalau habitatnya hilang, dia nggak bisa kabur sejauh itu.
Di habitat aslinya, mereka itu kayak “tukang bersih-bersih hutan”. Mereka makan buah-buahan yang jatuh, terus bijinya disebarin lewat kotorannya. Jadi secara alami, burung Kasuari bantu regenerasi hutan. Keren banget, kan?
Sayangnya, karena habitat makin sempit dan perburuan liar masih terjadi, populasinya makin turun. Kalau ini dibiarkan terus, kita bisa kehilangan salah satu burung paling unik di dunia.
Apa yang Membuat Kasuari Sangat Indah?
Gue pernah cerita ke murid-murid gue soal burung Kasuari, terus mereka tanya, “Pak, emangnya burung Kasuari indahnya kayak gimana sih?”
Nah, keindahan Kasuari itu nggak seperti burung merak yang warna-warni mencolok, tapi lebih ke aura eksotis dan misterius. Dia jalan dengan tenang, kepala tegak, penuh percaya diri. Warnanya yang kontras antara tubuh hitam pekat dan kepala yang berkilau bikin dia kelihatan seperti karya seni berjalan. Serius, lo harus lihat sendiri buat ngerti maksud gue.
Yang bikin gue makin terpesona adalah caranya beradaptasi. Mereka hidup di hutan lebat, tapi bisa menyelinap dengan tenang. Makanannya pun beragam, dari buah-buahan, jamur, serangga, sampai bangkai hewan kecil. Mereka tough, pintar, dan punya peran penting di alam.
Kenapa Burung Kasuari Harus Dilindungi?
Dulu, jujur aja gue kira burung Kasuari cuma burung besar yang unik doang. Tapi setelah ngobrol sama pemandu lokal di sana, gue baru paham kenapa burung ini harus dilindungi habis-habisan.
Populasinya menurun drastis. Menurut data IUCN, beberapa jenis Kasuari seperti Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) statusnya udah terancam punah.
Peran ekologis penting. Kasuari bantu regenerasi hutan, seperti yang gue bilang tadi. Kalau mereka punah, siklus hutan juga bisa terganggu.
Budaya lokal. Di Papua, Kasuari punya nilai budaya tinggi. Bulunya dipakai untuk upacara adat, dan hewan ini sering dianggap “penjaga hutan”.
Tapi ironi banget, karena hewan ini malah diburu untuk daging, bulu, dan bahkan tanduknya. Pemerintah sebenarnya udah masukin Kasuari dalam hewan yang dilindungi, tapi kenyataan di lapangan masih suram. Kurangnya pengawasan dan kesadaran masyarakat jadi tantangan besar.
Cara Kita Menjaga Populasi Burung Kasuari
Gue percaya banget kalau edukasi itu kunci utama. Makanya pas pulang dari Papua, gue bikin materi khusus tentang konservasi burung Kasuari buat murid-murid gue. Tapi nggak cukup cuma ngomongin di kelas.
Apa yang bisa kita lakukan? Nih gue rangkum tips konkret buat lo dan siapa aja yang pengen bantu:
Dukung organisasi konservasi lokal. Banyak NGO yang bergerak di Papua, kayak Yayasan Pelayanan Papua Lestari atau FFI. Donasi atau bantu sebarin info mereka bisa berdampak besar.
Kurangi konsumsi produk dari deforestasi. Sawit dan tambang jadi penyebab utama kerusakan habitat Kasuari. Lebih selektif beli produk bisa bantu sedikit demi sedikit.
Sebarkan cerita. Gue nulis ini bukan buat gaya-gayaan. Tapi kalau cerita ini bisa bikin satu orang jadi peduli, itu udah langkah maju.
Kampanye edukasi. Kalau lo guru, blogger, atau konten kreator, bikin konten soal hewan-hewan endemik Indonesia. Kasuari tuh aset bangsa, bukan cuma Papua.
Tips Melihat Burung Kasuari di Alam Liar
Kalau lo punya rencana ke Papua atau Australia dan pengen ketemu langsung Kasuari, gue punya beberapa tips berdasarkan pengalaman (dan beberapa kesalahan yang gue buat juga):
Datang di pagi hari. Kasuari biasanya aktif di pagi dan sore. Siang hari mereka lebih suka ngumpet.
Gunakan pemandu lokal. Nggak cuma bantu cari jalur yang aman, tapi mereka juga tahu di mana biasanya Kasuari muncul.
Jangan pakai warna mencolok. Serius, Kasuari bisa jadi agresif kalau merasa terganggu.
Jangan dekati terlalu dekat. Ini hewan liar, bro. Meskipun kelihatannya tenang, Kasuari bisa menyerang kalau merasa terancam. Jangan kayak temen gue yang waktu itu keasyikan motret sampai nyaris diseruduk.
Gunakan binoculars. Lihat dari jauh lebih aman dan nggak ganggu habitatnya.
Dan satu lagi, jangan berharap bisa pegang atau foto dari dekat kayak di kebun binatang. Di alam liar, mereka punya aturan mereka sendiri. Hormati itu.
Belajar dari Burung Kasuari
Kalau gue boleh jujur, pengalaman ketemu burung Kasuari itu bukan cuma soal lihat hewan langka. Tapi lebih ke pelajaran soal hubungan kita dengan alam. Kita ini, manusia, sering lupa bahwa ada makhluk lain yang hidup berdampingan dengan kita — dan mereka butuh ruang juga.
Burung Kasuari ngasih gue pelajaran penting: keindahan itu nggak selalu berarti harus dipunyai. Kadang cukup dinikmati dari jauh, dan dilindungi.
Gue nulis ini karena pengen lebih banyak orang tau bahwa Indonesia punya hewan yang sekeren ini. Bukan buat viral-viralan, tapi buat nunjukin bahwa cinta lingkungan itu bisa dimulai dari hal kecil. Cerita. Dukungan. Edukasi.
Bsca juga artikel menarik lainnya tentang Badak Jawa: Kisah Langka dari Satwa Purba yang Hampir Punah disini